FARMACIA |
Cara Pemberian & Minum Obat - Banyak obat, banyak juga cara pemberiannya kepada pasien. Sediaan per-oral sering kita temukan dalam perkembangan pemberian obat. Namun, banyak
Cara Pemberian & Minum Obat ke pasien selain per-oral. Mengapa hal ini terjadi?
Cara Pemberian Obat Ke Pasien didasarkan beberapa faktor, diantaranya : Faktor Formulasi. Faktor zat aktif serta stabilitasnya menjadi alasan bahwa obat dibuat dalam sediaan yang cocok untuk zat aktif tersebut.
Pemberian obat ikut juga dalam menentukan cepat lambatnya dan lengkap tidaknya resorpsi suatu obat. Tergantung dari efek yang diinginkan, yaitu efek sistemik (di seluruh tubuh) atau efek lokal (setempat) dan keadaan pasien serta sifat-sifat fisiko-kimiawi obat, dapat dipilih di antara berbagai cara untuk memberikan obat.
A. Untuk Memberikan Efek Sistemik (Obat disebar ke seluruh tubuh)
1. Oral :
- Pemberiannya melalui mulut
- Mudah dan aman pemakaiannya, lazim dan praktis
- Tidak semua obat dapat diberikan per-oral, misalnya : Obat yang bersifat merangsang (emetin, aminofilin) atau yang diuraikan oleh getah lambung (benzilpenisilin, insulin dan oksitoksin)
- Dapat terjadi inaktivasi oleh hati sebelum diedarkan ke tempat kerjanya
- Dapat juga untuk mencapai efek lokal misalnya : obat cacing, obat diagnostik untuk pemotretan lambung - usus
- Baik sekali untuk mengobati infeksi usus
- Bentuk sediaan oral : Tablet, Kapsul, Obat hisap, Sirup dan Tetesan
2. Oromucosal :
Pemberiannya melalui mucosa di rongga mulut. Ada dua macam cara, yaitu :
a. Sub Lingual
- Obat ditaruh dibawah lidah
- Tidak melalui hati sehingga tidak diinaktif
- Dari selaput di bawah lidah langsung ke dalam aliran darah, sehingga efek yang dicapai lebih cepat misalnya : Pada pasien serangan Jantung dan Asma
- Keberatannya kurang praktis untuk digunakan terus menerus dan dapat merangsang selaput lendir mulut
- Hanya untuk obat yang bersifat lipofil
- Bentuknya tablet kecil atau spray, contoh : Isosorbid Tablet
b. Bucal
- Obat diletakkan diantara pipi dan gusi
- Obat langsung masuk ke dalam aliran darah
- Misalnya obat untuk mempercepat kelahiran bila tidak ada kontraksi uterus, contoh : Sandopart Tablet
3. Injeksi :
- Pemberiannya dengan jalan suntikkan
- Efek yang diperoleh cepat, kuat dan lengkap
- Keberatannya lebih banyak dari pasien
- Alat suntik harus steril dan dapat merusak pembuluh darah atau syaraf jika tempat penyuntikkannya tidak tepat
- Terutama untuk obat yang merangsang atau dirusak oleh getah lambung atau tidak tidak diresorpsi oleh dinding usus
Jenis Injeksi lebih kurang ada 10 :
a. Subcutan/Hipodermal (sc) : Penyuntikkan dibawah kulit, Obatnya tidak mernagsang dan larut dalam air atau minyak, Efeknya agak lambat dan dapat digunakan sendiri misalnya : penyuntikan insulin pada penderita diabetes.
b. Intramuskular (im) : Penyuntikan dilakukan dalam otot misalnya, penyuntikan antibiotika atau dimana tidak banyak terdapat pembuluh darah dan syaraf, misalnya otot pantat atau lengan atas
c. Intravena (iv) : Penyuntikan dilakukan ke dalam pembuluh darah, Reaksinya sangat cepat yaitu waktu satu peredaran darah, obat sudah beredar ke seluruh tubuh atau jaringan, Dapat menimbulkan reaksi-reaksi hebat seperti turunnya tekanan darah secara mendadak, shock, dsb. Infus intravena dengan obat sering dilakukan di rumah sakit dalam keadaan darurat atau dengan obat yang cepat metabolismenya dan eksresinya guna mencapai kadar plasma yang tetap tinggi
d. Intra arteri (ia) : Penyuntikan dilakukan pada pembuluh nadi, Dilakukan untuk membanjiri suatu organ misalnya pada Kanker Hati
e. Intra cutan (ic) : Penyuntikkan dilakukan dalam kulit, Absorpsi sangat perlahan misalnya pada tuberculin test dati Mantoux
f. Intra lumbal : Penyuntikan dilakukan ke dalam ruas pinggang (sumsum tulang belakang) misalnya untuk anestesi umum
g. Intra peritonial : Penyuntikan ke dalam selaput perut
h. Intra cardial : Penyuntikan ke dalam jantung
i. Intra pleural :Penyuntikan ke dalam rongga pleura (paru-paru)
k. Intra articulair : Penyuntikan ke dalam celah-celah sendi
4. Implantasi :
- Bentuk oral pellet steril, obat dicangkokkan dibawah kulit, terutama digunakan untuk efek sistemik lama, misalnya obat-obat hormon kelamin (estradiol dan testoteron)
- Resorpsinya lambat, satu pellet dapat melepaskan zat aktifnya secara perlahan-lahan selama 3-5 bulan lamanya
5. Rectal :
- Pemberian obat melalui rectal (dubur)
- Bentuknya suppositoria dan clysma (obat pompa)
- Baik sekali untuk obat yang dirusak oleh asam lambung
- Diberikan untuk mencapai takaran yang cepat dan tepat
- Efek sistemiknya lebih cepat dan lebih besar bila dibandingkan dengan peroral, berhubung pembuluh-pembuluh darah pertama. Contoh : pada pengobatan asma (amecain suppositoria) ; pada bayi (stesolid rectal, dalam pengobatan kejang akut)
- Tetapi bentuk suppositoria dan clysma sering digunakan untuk efek lokal misalnya untuk wasir dan laxativ
- Pemberian obat melalui rektal dapat dioleskan pada permukaan rektal berupa salep dan hanya mempunyai efek lokal
6. Transdermal :
- Cara pemakaian melalui permukaan kulit, berupa plester. Obat menyerap secara perlahan dan kontinyu, masuk ke sistem peredaran darah, langsung ke jantung
- Umumnya untuk gangguan jantung misalnya angina pectoris, tiap dosis dapat bertahan 24 jam. Cth : Nitrodisk dan Nitroderm T.T.S. (therapeutic transdermal system)
B. Untuk Memberikan Efek Lokal (Pemakaian Setempat)
1. Intranasal :
- Obat diberikan melalui selaput lendir hidung
- Digunakan untuk menciutkan selaput/mukosa hidung yang membengkak (otrivin nasal drop)
- Bentuk sediaan : Drop dan Spray
- Cara ini dapat digunakan untuk efek sistemik misalnya untuk melancarkan pengeluaran ASI cth : Syntocinon nasal spray
2. Inhalasi :
- Obat diberikan untuk disedot melalui hidung atau mulut atau disemprotkan
- Penyerapan dapat terjadi pada selaput mulut, tenggorokan dan pernafasan
- Bentuk sediaan : Gas dan Zat padat, tetapi bisa juga mempunyai efek sistemik. Bentuk inhalasi ini bisa dalam wadah yang diberi tekanan dan mengandung zat pemancur (aerosol, cth : Alupent Metered Aerosol
3. Mukosa Mata Dan telinga :
- Obat diberikan melalui selaput/mukosa mata atau telinga, bentuk drop dan salep
- Obat dapat diresorpsi ke dalam darah dan menimbulkan efek teknis
4. Intra Vaginal :
- Obat diberikan melalui selaput lendir/mukosa vagina
- Diberikan pada antifungi dan anti kehamilan
- Bentuknya : Tablet, Salep, Krim dan Cairan bilasan
5. Kulit (Percutan) :
- Obat diberikan dengan jalan mengoleskan pada permukaan kulit
- Kulit yang sehat sukar sekali dimasuki obat, tetapi bila terjadi kerusakan resorpsi dapat berlangsung
- Bentuk obat umunya salep dan krim
Demikian jabaran tentang Cara Pemberian Obat pada pasien dari sisi kefarmasian. Semoga dapat membantu.
More about → Cara Pemberian Obat Ke Pasien